Perbandingan Kejadian Alopesia Androgenik yang Berketombe (Pityriasis Sicca) dan tidak Berketombe di Universitas Muslim Indonesia

  • Putri Nadila Iryanti S Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
  • Nurelly N Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
  • Yani Sodiqah Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
  • Dian Amelia Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
  • Dahlia Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas (IkM-IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
  • Solecha Setiawati Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
  • Adharia Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
Keywords: Alopesia androgenik, Ketombe, Karakteristik

Abstract

Alopesia androgenik adalah penipisan rambut pada manusia yang ditandai dengan penurunan tajam dalam ukuran folikel rambut, yang dapat dikaitkan dengan hilangnya batang rambut folikel atau sel progenitor. Alopesia dengan pola khas yang dimulai dari frontal dan vertex sehingga garis rambut terlihat mundur, meninggalkan rambut di parietal saja. Ketombe tidak menyebabkan kebotakan, meskipun pada kasus-kasus yang paling ekstrim ketombe bisa menyebabkan kerontokan rambut. Prevalensi alopesia androgenik pada laki-laki meningkat seiring bertambahnya usia dan saat remaja. Dalam suatu penelitian, hampir 30% kasus terjadi pada laki-laki kulit putih berusia 30 tahun, 50% pada usia 50 tahun, dan 80% pada usia 70 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kejadian alopesia androgenik yang berketombe (Pityriasis sicca) dan tidak berketombe. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif observasional dengan metode case control dengan menggunakan pendekatan “retrospective”. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, RS Ibnu Sina Makassar dan Menara Universitas Muslim Indonesia dengan 24 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna pada alopesia androgenik yang berketombe (Pityriasis sicca) dan tidak berketombe. Sebagai kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik sampel alopesia androgenik berdasarkan umur paling banyak terdapat pada umur 41-50 tahun dengan 9 sampel (37.5%), karakteristik berdasarkan sampel yang tidak berketombe lebih banyak pada alopesia androgenik dengan 17 sampel (70.8%), sedangkan berdasarkan tingkat keparahan alopesia androgenik ringan-sedang lebih banyak terjadi dibandingkan dengan tingkat keparahan alopesia androgenik berat (n= 20 v 4).

Published
2022-08-31
Section
Articles